Minggu, 17 Februari 2013

Menjadi Ulet Karena Ditempa Kesulitan Hidup

Terkadang kita menemukan bibit-bibit keberhasilan, bibit-bibit keberuntungan, yang tersimpan dalam sebuah kemalangan atau kesulitan hidup. Kita harus berupaya mengenal dan mengambilnya, lalu memelihara dan memupuknya, agar kelak muncul sebagai keberhasilan.

Maksudnya adalah, setiap kemalangan atau kesusahan hidup, pasti mengandung hikmah atau pelajaran yang akan bermanfaat untuk kehidupan orang yang mengalaminya. Di antaranya adalah "kesulitan hidup dapat membentuk pribadinya ulet menghadapi tantangan hidup."

Jika kita membaca sejarah kehidupan orang-orang sukses, maka kita mendapati bahwa salah satu faktor kunci utama yang membuat mereka meraih keberhasilan hidup, adalah keuletan menghadapi berbagai tantangan, dalam mengembang usaha, dalam bekerja keras, dalam mengembangkan karir, hingga mereka meraih keberhasilan itu.

Dan mereka menjadi pribadi-pribadi yang ulet menghadapi berbagai tantangan dalam berkarya, tantangan dalam berusaha dan bekerja, adalah hasil dari didikan kesusahan hidup yang telah mereka alami pada waktu-waktu sebelumnya. Ada yang sejak kecil hidup miskin. Ada yang sejak kecil telah ditinggal wafat ayahnya, atau ibunya, atau bahkan telah yatim-piatu sejak kecil. Dan sebagainya.

Seorang ahli  bernama emerson, memberi nasihat, "Sesungguhnya kekuatan kita tumbuh dari kelemahan kita. Ketika seseorang mengalami kesulitan, seperti mengalami ancaman keselamatan jiwanya, bangkilah kekuatan dirinya untuk mempersenjatai diri dalam rangka menghadapi musuh. Orang besar selalu bersedia untuk menjadi orang kecil terlebih dahulu. Di kala seseorang hanya selamanya di atas bantal keunggulan, iapun terlena dan tertidur. Tapi setelah didorong, diganggu, dikalahkan, maka ia tersadar untuk mempelajari sesuatu agar kelak tidak lagi kalah."

Yang demikian itu adalah kebenaran dan kenyataan hidup. Seperti bunga, yang setelah dipelintir, baru akan mengeluarkan wanginya. Atau bintang yang baru kelihatan jika langit sedang gelap. Atau seperti berlian perhiasan, yang semula terlihat seperti batu kasar biasa, dan setelah dipoles dan terus dipoles, barulah menjelma menjafi berlian perhiasan.

Atau seperti emas, yang sebelumnya menjadi emas yang bernilai jual tinggi, harus terlebuh dahulu dilebur dalam api yang panas. Semakin panas api yang melebur, semakin tinggi kualitas emas yang dihasilkan. Begitulah juga dengan kualitas diri seseorang. Terkadang kualitas diri itu baru muncul, setelah menjalani berbagai peristiwa yang sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar